Firman Tuhan yang Tertinggi: Jawapan Nabi Isa kepada Ahli Taurat

📜 Firman Tuhan yang Tertinggi: Jawapan Nabi Isa kepada Ahli Taurat


Yesus Kristus, yang dikenal sebagai nabi Isa dalam Islam, adalah seorang nabi yang diutus kepada bangsa Bani Israil. Apa jawaban Yesus ketika didatangi oleh seorang pendeta Yahudi dengan pertanyaan: “Firman Tuhan manakah yang paling tinggi”?


🌟 Pertanyaan tersebut — “Firman Tuhan manakah yang paling tinggi?” — berkaitan dengan sebuah kisah yang tercatat dalam Bible, tepatnya dalam Injil Markus 12:28-31, dan juga terdapat dalam Injil Matius 22:36-40 serta Injil Lukas 10:25-28 dengan sedikit variasi.


Ini adalah momen ketika Yesus (Nabi Isa ‘alaihis-salam dalam pandangan Islam) didatangi oleh seorang ahli Taurat atau pendeta Yahudi (dalam konteks budaya Yahudi waktu itu, disebut juga sebagai “guru agama” atau “ahli hukum Taurat”) yang ingin mengujinya.


⛪️ Berikut adalah jawaban Yesus sebagaimana dicatat dalam Injil Markus 12:29-31:


"Jawab Yesus: ‘Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Allah Tuhan kita, Allah itu esa. Kasihilah Allah, Tuhanmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.’ Hukum yang kedua ialah: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’ Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."


Penjelasan Singkat:


Hukum Pertama (Tertinggi):


Mengesakan Allah dan mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati, jiwa, akal, dan kekuatan. Ini mengacu pada Shema — doa penting umat Yahudi dari kitab Ulangan 6:4-5.


Hukum Kedua:


Mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri — ini berasal dari kitab Imamat 19:18.


☪️ Pandangan Islam:


Dalam Islam, Nabi Isa (‘alaihis-salam) adalah nabi besar yang membawa risalah tauhid (pengesaan Allah) kepada kaumnya Bani Israil. Meski redaksi yang persis tidak tercatat dalam Al-Qur’an, prinsip mengesakan Allah seperti diatas ada tekandung dalam Al-Qur’an seperti Surah 2:83


وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَٰقَ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنكُمْ وَأَنتُم مُّعْرِضُونَ


Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.


🌿 Bahkan, Rasulullah Muhammad ﷺ menyebut dalam hadits bahwa iman yang sempurna itu mencakup cinta sesama manusia.


📚 Berikut adalah hadits tentang cinta kepada sesama:


لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ


"Tidaklah sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri."

[HR. Bukhari no. 13, Muslim no. 45] – Hadits Shahih Mutafaq ‘alaih


🧭 Makna dan Penjelasan:


“Tidaklah sempurna iman” maksudnya: imannya belum mencapai kesempurnaan yang sejati, meskipun dia tetap seorang Muslim.

"Saudaranya" bisa bermakna:

Sesama Muslim, menurut sebagian ulama.

Sesama manusia, menurut pandangan yang lebih umum dan inklusif.

Hadits ini menunjukkan bahwa iman bukan hanya hubungan vertikal kepada Allah, tapi juga harus diwujudkan dalam hubungan horizontal dengan manusia: empati, kasih sayang, dan keadilan.


🔄 Keterkaitan dengan Ajaran Yesus (Isa a.s.):


Hadits ini selaras dengan perkataan Yesus ketika ia berkata bahwa hukum kedua yang utama adalah:


“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

(Markus 12:31)

Keduanya menekankan prinsip universal: kasih sayang terhadap sesama manusia adalah inti dari iman dan agama yang benar.


🕍 Apakah itu Shema — doa penting umat Yahudi dari kitab Ulangan 6:4-5?


Ya, Shema adalah doa inti dan paling penting dalam agama Yahudi, yang berasal dari Kitab Ulangan 6:4-5 dalam Perjanjian Lama (Tanakh atau Torah dalam bahasa Ibrani). Kata "Shema" sendiri berasal dari kata pertama dalam doa itu dalam bahasa Ibrani: שְׁמַע (Shema), yang berarti “Dengarlah” atau “Perhatikanlah.”


Berikut adalah kutipan Shema dari kitab Ulangan 6:4-5, dalam versi bahasa Ibrani dan terjemahan Indonesia:


🔹 Teks Ibrani (transliterasi):

Shema Yisrael, Adonai Eloheinu, Adonai Echad.

Ve’ahavta et Adonai Eloheikha bekhol-levavkha uvekhol-nafshekha uvekhol-me’odekha.


🔹 Terjemahan Bahasa Indonesia:

"Dengarlah, hai orang Israel: Allah itu Tuhan kita, Allah itu Esa!

Kasihilah Allah, Tuhanmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu."


📌 Makna dan Fungsi dalam Tradisi Yahudi:


Shema dianggap sebagai deklarasi iman monoteistik umat Yahudi.

Dibacakan dua kali sehari: pagi dan malam, sebagai bagian dari doa harian.

Diajarkan kepada anak-anak Yahudi sejak dini.

Sering ditulis di mezuzah (kotak kecil yang dipasang di pintu rumah) dan tefillin (kotak doa yang dikenakan saat doa).

Menekankan Tauhid (keesaan Tuhan), cinta kepada Tuhan, dan kesetiaan penuh kepada-Nya.


✡️ Dalam Konteks Yesus (Isa a.s):


Ketika Yesus ditanya tentang hukum yang paling utama didalam Taurat, Ia mengutip langsung Shema dari kitab Ulangan 6:4-5. Ini menunjukkan bahwa Yesus:

Memegang ajaran inti Yahudi yaitu Tauhid (bahwa Tuhan itu Esa),

Mengajarkan bahwa kasih kepada Tuhan dengan totalitas hati, jiwa, dan kekuatan adalah perintah utama.

Lihat kandungan